Lembaran Baru yang Masih Biru
Well, baru-baru ini saya 'dipecat' sebagai murid SMA 3. Bukan, bukan gara-gara saya melakukan kesalahan fatal sebagai murid, seperti tawuran antar pelajar, melakukan tindakan bodoh seperti penganiayaan guru atau murid lain atau apa. Tapi karena memang sudah waktunya saya 'dipecat'. Lebih tepatnya karena saya memang sudah lulus, itu artinya saya memang harus meninggalkan SMA 3, kan? :)
3 tahun memang bukan waktu yang singkat. Tapi, karena posisi saya sekarang adalah sebagai alumnus yang baru berusia beberapa hari saja dan pastinya saya tidak ingin membuat moment seperti ini berlalu begitu saja, saya mau tidak mau HARUS membuat pernyataan yang sedikit melodramatis : 3 tahun, apalagi di SMA 3, terasa sangat singkat. Beberapa hari menjelang wisuda purna siswa, rasanya aneh sekali. Betapa tidak, hari-hari saya yang biasanya penuh dengan aktivitas-aktivitas bareng teman-teman, jadi terasa hambar. Bukan tanpa alasan, melainkan malah banyak sekali alasannya. Sudah lulus sehingga tidak ada hal penting yang perlu direncanakan lah, mudik liburan lah, nggak ada duit lah..ups! Nggak ada duit? Ini salah satu problem liburan yang dialami oleh mayoritas anak-anak SMA 3 ;-) . Nggak sekolah, nggak ada uang jajan. Well, that's really annoying. Tapi kenyataannya memang begitu. Ternyata strategi orang tua kami dalam mengatur finansial keluarga sama. Makanya sempat ada tren di kalangan anak-anak tak beruang jajan ini : ayo kerja parttime!
Tapi, ternyata cari kerja di jaman seperti ini memang susah. Apalagi bagi yang belum mengantongi ijazah SMA seperti kami :( Jadi, rencana itu ya hanya mengendap sebelum sempat terealisasikan..
Tapi perasaan nggak enak itu, entah kenapa, segera saja hilang setelah wisuda. Rasanya jadi benar-benar plong. Sudah ikhlas untuk pergi dan sadar diri bahwa memang sudah waktunya 'membukukan' kenangan-kenangan manis di SMA 3. Hmm..apakah ini 'kekuatan magis' wisuda yang sesungguhnya?
Sementara itu, saya merasa otak saya semakin menumpul. Kenapa? Karena jarang dipakai. Sejauh ini, kerjaan saya selama liburan hanya sebagai berikut: bangun tidur, mandi, makan, nonton TV, mainan hape, mainan komputer, lalala...hingga tidur lagi. Itu kan bukan aktivitas yang sehat untuk otak. Pekerjaan paling penting yang saya bisa lakukan sejauh ini, ya cuma baca. Itu saja baca komik. Wah, what a lazy girl...
Oya, saya juga mau memproklamirkan bahwa, akhirnya saya diterima di FKG UGM. Whoah, padahal setelah UTUL kemarin rasanya benar-benar sudah hopeless... lihat pesaing-pesaing lain rasanya jadi minder dan ingin gantung diri di tempat.. Tapi justru saat itulah keyakinan saya pada pilihan saya diuji, dan saya tahu benar saya benar-benar harus memperjuangkannya...
Kembali ke SMA 3. Well, masuk SMA 3 dan menjadi warga PADMANABA merupakan sebuah pengalaman yang sangat menarik dan mendidik bagi saya. Bukan hanya IQ saya yang dilatih, tapi juga EQ. Meskipun kadang-kadang dua hal itu memang kurang bisa berjalan secara sinergi, sih. Prestasi akademik...jangan tanya. Karena saya memang tidak mencetak prestasi apa-apa. Dan itu membuat saya terusik, anehnya, baru beberapa hari lalu di saat-saat terakhir menjadi murid SMA. Kenapa selama 3 tahun terakhir saya tidak benar-benar konsen sama sekolah saya, ya? Saya, boleh dibilang, memang tergolong anak yang (sedikit) rajin, tapi saya tidak benar-benar memikirkan hasil yang akans aya peroleh dan menetapkan sebuah target muluk yang bisa menjadi tolok ukur kesuksesan saya. Hm..bukan apa-apa, sih, tapi..itu terdengar sangat bukan seperti saya yang dulu. Dan untuk NEM, 49.15 untuk 6 mata pelajaran memang tidak sejelek yang saya bayangkan, tapi ternyata itu memang masih jelek...hahaha. Tapi tidak apa-apa. Memang dari awal saya sudah pasrah dengan ujian akhir saya, sih. Yang penting lulus, itu pedoman saya :)
Saya jadi ingat selentingan pak kepala sekolah, bapak Bashori Muhammad ketika memberikan sambutan di acara wisuda purna siswa : ini bukan sebuah akhir, melainkan sebuah awal untuk menggapai cita-cita *dengan perubahan seperlunya* dan kalau dipikir-pikir, kata-kata itu dalem banget. Karena memang seperti itulah kenyataannya. Ini memang akhir masa SMA *saya tidak pernah bisa membayangkan ada akhir dari masa yang sangat complicated seperti itu* tapi justru dari akhir inilah kita menapaki awal untuk melangkah menuju dunia baru di luar sana, dunia yang mulai benar-benar nyata (bahkan seringkali kejam), dan mulai dari sini, perlahan kita bisa melihat realitas kita yang sebenarnya di dunia nyata. Tidak lagi hanya terkungkung dalam balutan putih abu-abu dan sepatu hitam, tapi mulai mengenal warna-warni yang selama ini terlupakan. Tidak lagi hanya terkurung dalam bangunan semen dan papan, tapi juga lingkungan. Yah, dan itu semua tergantung pada diri kita masing-masing. Akan jadi apa kita selanjutnya? Seberapa besar kita memesan porsi campur tangan diri kita untuk dunia, itu tergantung pada usaha masing-masing. Ini memang lembaran baru yang masih biru, tapi jika dari awal kita sudah pertaruhkan semua semangat dan kerja keras kita, kita pasti bisa mencapai apa-apa yang kita impikan.
Benar begitu, kan, kawan-kawan? :)
3 tahun memang bukan waktu yang singkat. Tapi, karena posisi saya sekarang adalah sebagai alumnus yang baru berusia beberapa hari saja dan pastinya saya tidak ingin membuat moment seperti ini berlalu begitu saja, saya mau tidak mau HARUS membuat pernyataan yang sedikit melodramatis : 3 tahun, apalagi di SMA 3, terasa sangat singkat. Beberapa hari menjelang wisuda purna siswa, rasanya aneh sekali. Betapa tidak, hari-hari saya yang biasanya penuh dengan aktivitas-aktivitas bareng teman-teman, jadi terasa hambar. Bukan tanpa alasan, melainkan malah banyak sekali alasannya. Sudah lulus sehingga tidak ada hal penting yang perlu direncanakan lah, mudik liburan lah, nggak ada duit lah..ups! Nggak ada duit? Ini salah satu problem liburan yang dialami oleh mayoritas anak-anak SMA 3 ;-) . Nggak sekolah, nggak ada uang jajan. Well, that's really annoying. Tapi kenyataannya memang begitu. Ternyata strategi orang tua kami dalam mengatur finansial keluarga sama. Makanya sempat ada tren di kalangan anak-anak tak beruang jajan ini : ayo kerja parttime!
Tapi, ternyata cari kerja di jaman seperti ini memang susah. Apalagi bagi yang belum mengantongi ijazah SMA seperti kami :( Jadi, rencana itu ya hanya mengendap sebelum sempat terealisasikan..
Tapi perasaan nggak enak itu, entah kenapa, segera saja hilang setelah wisuda. Rasanya jadi benar-benar plong. Sudah ikhlas untuk pergi dan sadar diri bahwa memang sudah waktunya 'membukukan' kenangan-kenangan manis di SMA 3. Hmm..apakah ini 'kekuatan magis' wisuda yang sesungguhnya?
Sementara itu, saya merasa otak saya semakin menumpul. Kenapa? Karena jarang dipakai. Sejauh ini, kerjaan saya selama liburan hanya sebagai berikut: bangun tidur, mandi, makan, nonton TV, mainan hape, mainan komputer, lalala...hingga tidur lagi. Itu kan bukan aktivitas yang sehat untuk otak. Pekerjaan paling penting yang saya bisa lakukan sejauh ini, ya cuma baca. Itu saja baca komik. Wah, what a lazy girl...
Oya, saya juga mau memproklamirkan bahwa, akhirnya saya diterima di FKG UGM. Whoah, padahal setelah UTUL kemarin rasanya benar-benar sudah hopeless... lihat pesaing-pesaing lain rasanya jadi minder dan ingin gantung diri di tempat.. Tapi justru saat itulah keyakinan saya pada pilihan saya diuji, dan saya tahu benar saya benar-benar harus memperjuangkannya...
Kembali ke SMA 3. Well, masuk SMA 3 dan menjadi warga PADMANABA merupakan sebuah pengalaman yang sangat menarik dan mendidik bagi saya. Bukan hanya IQ saya yang dilatih, tapi juga EQ. Meskipun kadang-kadang dua hal itu memang kurang bisa berjalan secara sinergi, sih. Prestasi akademik...jangan tanya. Karena saya memang tidak mencetak prestasi apa-apa. Dan itu membuat saya terusik, anehnya, baru beberapa hari lalu di saat-saat terakhir menjadi murid SMA. Kenapa selama 3 tahun terakhir saya tidak benar-benar konsen sama sekolah saya, ya? Saya, boleh dibilang, memang tergolong anak yang (sedikit) rajin, tapi saya tidak benar-benar memikirkan hasil yang akans aya peroleh dan menetapkan sebuah target muluk yang bisa menjadi tolok ukur kesuksesan saya. Hm..bukan apa-apa, sih, tapi..itu terdengar sangat bukan seperti saya yang dulu. Dan untuk NEM, 49.15 untuk 6 mata pelajaran memang tidak sejelek yang saya bayangkan, tapi ternyata itu memang masih jelek...hahaha. Tapi tidak apa-apa. Memang dari awal saya sudah pasrah dengan ujian akhir saya, sih. Yang penting lulus, itu pedoman saya :)
Saya jadi ingat selentingan pak kepala sekolah, bapak Bashori Muhammad ketika memberikan sambutan di acara wisuda purna siswa : ini bukan sebuah akhir, melainkan sebuah awal untuk menggapai cita-cita *dengan perubahan seperlunya* dan kalau dipikir-pikir, kata-kata itu dalem banget. Karena memang seperti itulah kenyataannya. Ini memang akhir masa SMA *saya tidak pernah bisa membayangkan ada akhir dari masa yang sangat complicated seperti itu* tapi justru dari akhir inilah kita menapaki awal untuk melangkah menuju dunia baru di luar sana, dunia yang mulai benar-benar nyata (bahkan seringkali kejam), dan mulai dari sini, perlahan kita bisa melihat realitas kita yang sebenarnya di dunia nyata. Tidak lagi hanya terkungkung dalam balutan putih abu-abu dan sepatu hitam, tapi mulai mengenal warna-warni yang selama ini terlupakan. Tidak lagi hanya terkurung dalam bangunan semen dan papan, tapi juga lingkungan. Yah, dan itu semua tergantung pada diri kita masing-masing. Akan jadi apa kita selanjutnya? Seberapa besar kita memesan porsi campur tangan diri kita untuk dunia, itu tergantung pada usaha masing-masing. Ini memang lembaran baru yang masih biru, tapi jika dari awal kita sudah pertaruhkan semua semangat dan kerja keras kita, kita pasti bisa mencapai apa-apa yang kita impikan.
Benar begitu, kan, kawan-kawan? :)
semangat ya pren! :)
ReplyDelete