Mari Hijabkan Fisik, Mari Hijabkan Hati
Sudah merupakan kodrat wanita, bahwa wanita diciptakan berbeda dengan lelaki. Meskipun pada dasarnya tujuan penciptaan lelaki dan wanita adalah sama, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT, namun ada beberapa batasan yang membuat wanita dan lelaki secara alamiah juga berlainan. Yang paling mudah kita amati, misalnya dari segi fisik. Wanita diciptakan Allah penuh dengan keindahan, termasuk keindahan tubuhnya, yang tentu saja berbeda dengan lelaki. Nah, karunia Allah berupa keindahan itu, bukankah suatu anugerah yang tiada duanya? Ketika kita 'menobatkan' sesuatu sebagai sebuah anugerah terindah, bukankah kita semestinya menjaganya dengan sebaik-baiknya? Simpelnya, bayangkan begini saja. Di hari ulang tahun, kita mendapat kado handphone baru dari Ayah-Ibu. Kita sangat senang, meskipun kita tahu bahwa adik, atau kakak kita, juga sangat menginginkan hape baru. Karena kita tahu bahwa adik atau kakak kita menginginkan benda yang sama, kita akan berusaha mati-matian menyembunyikan, menjaga benda itu agar tidak dilihat kakak atau adik, karena bisa saja kakak atau adik kita mengambilnya. (wah, parah juga nih kakak adik). Intinya begitu. Anugerah terindah kita dari Allah adalah bahwa kita, wanita, terlahir dengan bermacam keindahan yang ada pada tubuh kita. Sudah semestinya kita menjaga baik-baik anugerah terindah itu, sebelum orang lain yang tidak berhak 'mencurinya' dari kita.
Rasululloh SAW bersabda: "Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian." (HR. Muslim)
Nah lo. Dari hadist di atas saja, kebayang kan, gimana mengerikannya kehidupan neraka yang disebabkan karena kita tidak bisa berpakaian yang menutup aurat? Yang lebih parah, banyak diantaranya yang 'berpakaian tapi telanjang'. Nah lo. Sudah merasa berpakaian, tapi masih masuk neraka. Apa sebabnya? Sebabnya adalah karena mereka sudah berpakaian menutup aurat, namun melupakan esensi-esensi yang sebenarnya dari berpakaian. Yuk, kita cari tahu dulu batasan-batasan yang benar tentang aurat wanita, dan bagaimana cara menutupnya yang benar!
1. Al-Quran surat Annur(24):31
"Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur (Ind: jilbab)nya ke dadanya."
Maksud dari ayat ini adalah menegaskan mengenai 4 hal :
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh ALLAH SWT.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Sekarang marilah kita perhatikan penafsiran para sahabat dan ulama terhadap kata "kecuali yang biasa nampak" dalam ayat tersebut. Menurut Ibnu Umar RA. yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan. Begitu pula menurut Imam Auzai dan Ibnu Abbas RA. Hanya saja beliau (Ibnu Abbas) menambahkan cincin dalam golongan ini. Ibnu Mas'ud RA. mengatakan maksud kata tersebut adalah pakaian dan jilbab. Said bin Jubair RA. mengatakan maksudnya adalah pakaian dan wajah. Dari penafsiran para sahabat dan para ulama ini jelaslah bahwa yang boleh tampak dari tubuh seorang wanita adalah wajah dan kedua telapak tangan. Selebihnya hanyalah pakaian luarnya saja.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan menutupkan jilbab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tapi ujung jilbab tersebut harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.
Nah, sekarang mari kita perhatikan fenomena yang terjadi di sekitar kita. Yang tidak menggunakan jilbab sih, sudah barang tentu tidak menutup aurat. Tapi yang lebih menarik, ketika ada trend jilbab gaul : jilbab yang tidak menjuntai menutupi dada, berbahan sangat tipis sehingga transparan (masih terlihat bagian dalamnya), dan pakaian yang ketat bahkan superketat. Lalu dimana esensi hijabnya?Tujuan berjilbab adalah untuk menutupi, bukan pamer keindahan. Meskipun dengan berjilbab, sesungguhnya akan menambah keindahan kita sebagai wanita, namun keindahan yang disyariatkan. Ketika kita sudah nawaitu lillahita'ala berjilbab, sudah semestinya kita mengenakan jilbab sesuai syariah. Tidak asal-asalan saja menutup kepala. Karena jika kita berjilbab tapi di sana-sini masih kelihatan; lekuk dada, pinggang, bahkan pusar atau bagian punggung, apa gunanya kita berjilbab? Untuk menarik perhatian orang lain karena menganggap kita sebagai wanita muslimah yang alim? Naudzubillah...
Oleh karena itu, marilah, kita mulai dari sekarang, untuk menghijabkan fisik kita dengan cara yang benar. Buang semua jilbab dan baju mini yang sepantasnya dipakai oleh adik kita di taman kanak-kanak.
Satu lagi yang tidak kalah pentingnya, adalah menghijabkan hati. Seringkali kita jumpai di sekeliling kita, wanita berjilbab tapi cara berbicara dan tingkah lakunya tidak mencerminkan seorang wanita berjilbab. Tertawa dengan suara terlampau keras yang tidak ditahan, bercampur dengan lelaki yang bukan mahramnya sampai melanggar batasan-batasan tertentu, dll. Semua itu karena komitmen kita untuk menghijabkan fisik, belum disertai dengan komitmen untuk menghijabkan hati. Telah disebutkan diatas bahwa kita juga diperintahkan untuk menjaga pandangan, terutama mengenai lawan jenis. Nah lo, kalau pandang-pandangan saja sudah dianggap keluar dari jalur, bagaimana dengan bersentuhan, berpelukan, atau berciuman dengan yang bukan mahramnya? Naudzubillah...
Saudari-saudariku, islam mencintai keindahan. Namun, ada batasan tertentu dalam mengungkapkan keindahan itu, yang tujuannya tidak lain adalah untuk melindungi keindahan itu sendiri agar tidak rusak, hilang atau pudar. Bukankah kita, sebagai wanita yang penuh keindahan, juga tidak mau keindahan kita rusak, pudar, atau bahkan dirampas oleh orang yang tidak berhak untuk kita bagi keindahan kita?
Maka dari itu, ayo, mulai sekarang, cobalah untuk mulai menghijabkan fisik dan hati. Insya Allah akan menjadi muslimah kaffah calon penghuni surga.
Amin, ya rabbal 'alamin.
(disarikan dari berbagai sumber)
Comments
Post a Comment