Pantaskah Saya Kehilangan Mereka?
Saya mau sedikit curhat.
Ini, (lagi-lagi), tentang sahabat-sahabat saya.
Belakangan ini rasanya saya jauuh sekali dari mereka. Entah karena kesibukan masing-masing, karena aktivitas, kuliah, lokasi rumah yang lumayan jauh, dan memang faktanya bidang yang kami geluti berbeda-beda.
Tapi apakah itu yang menjadi alasan untuk saling menjauh?
Dan ternyata rasanya hidup tanpa sahabat memang menjemukan. Sumpah, nggak enak banget. Nggak ada tempat bercerita. Nggak ada yang bisa diajak gila-gilaan bareng. Oke, teman sih banyak, tapi tidak selalu yang namanya teman bisa nge klop sama kita, kan?
Nah, berbulan-bulan belakangan ini, sembari saya mencoba mati-matian beradaptasi dengan lingkungan KG yang berbeda, bertolak belakang sekali dengan kehidupan masa-masa sma dulu, saya jadi mengerti sekali arti hadirnya sahabat. Ternyata memang penting sekali.
Well, saya jadi merasa aneh. Hambar sekali rasanya. Bangun pagi, mandi, sarapan, kuliah, pulang, mandi lagi, tidur. Hampir tidak ada yang bisa diajak bicara kecuali masalah kuliah, kampus, tugas, bla..bla..bla..
Saya suntuk sekali.
Lalu pada sebuah malam yang dingin *WELEH, di bulan apa saya lupa, yang jelas belum lama ini, seorang sahabat terdekat saya, yang selama ini mengayomi, saya jadikan 'panutan', seseorang yang tidak hanya bisa menjadi sahabat saya tapi juga bisa ngemong saya, yang bahkan saya memanggilnya 'mami' dan dia mengaggap saya seperti anak sendiri (waw), tiba-tiba ngirim esemes yang kontan membuat tidur saya tidak nyenyak lagi, oke, saya nggak akan nulisin esemes itu secara detail, tapi intinya adalah,
"...goodbye, good luck for the rest of your life."
Saya pikir saya telah melakukan kesalahan besar tak termaafkan sampai dia berniat mengucapkan selamat tinggal kepada saya. Tapi ketika saya tanya, dia jawab bahwa masalahnya bukan karena saya punya salah atau apa, tapi karena saya sudah besar. sudah bisa mengurus diri sendiri. sudah ada yang ngejagain.
Wah. Wah. Wah!
Apa maksudnya itu?
Entahlah, ketika saya tanya lagi sama dia, dia malah cuma memberikan senyuman yang saya tidak bisa mengartikannya. Menyisakan sebuah tanda tanya besar di benak saya: tidak mungkin dia bisa sampai bilang begitu kalau tidak ada apa-apa. Lalu apa salah saya?
Dan tidak hanya itu.
Pergantian tahun, momen yang paling saya tunggu-tunggu sepanjang 2009. Kenapa? Karena saya yakin bisa menyongsong tahun depan dengan semangat baru, rencana-rencana menyenangkan yang baru, pandangan baru...
Tapi ternyata di hari pertama tahun 2010, pernyataan shocking kembali menyapa saya, lagi-lagi dari sahabat dekat saya.
Intinya, bahwa tugas-tugasnya telah selesai, selama ini dia datang untuk bagi-bagi ilmu kepada saya, dan ketika ilmu-ilmu itu sudah saya serap sepenuhnya, maka... ya sudah. Finished.
"Sampai jumpa di kesempatan lain, karena kamu mungkin sudah tidak membutuhkan saya lagi."
Oh lalaaa.
Ada yang bilang mendapat 1000 teman tidak lebih baik dari kehilangan 1 saja.
Dan MEMANG BENAR.
Rasanya sakit sekali.
Dan sepertinya memang ada yang salah dengan saya, betul?
Atau memang saya pantas kehilangan mereka??
T__________________________________T
Ini, (lagi-lagi), tentang sahabat-sahabat saya.
Belakangan ini rasanya saya jauuh sekali dari mereka. Entah karena kesibukan masing-masing, karena aktivitas, kuliah, lokasi rumah yang lumayan jauh, dan memang faktanya bidang yang kami geluti berbeda-beda.
Tapi apakah itu yang menjadi alasan untuk saling menjauh?
Dan ternyata rasanya hidup tanpa sahabat memang menjemukan. Sumpah, nggak enak banget. Nggak ada tempat bercerita. Nggak ada yang bisa diajak gila-gilaan bareng. Oke, teman sih banyak, tapi tidak selalu yang namanya teman bisa nge klop sama kita, kan?
Nah, berbulan-bulan belakangan ini, sembari saya mencoba mati-matian beradaptasi dengan lingkungan KG yang berbeda, bertolak belakang sekali dengan kehidupan masa-masa sma dulu, saya jadi mengerti sekali arti hadirnya sahabat. Ternyata memang penting sekali.
Well, saya jadi merasa aneh. Hambar sekali rasanya. Bangun pagi, mandi, sarapan, kuliah, pulang, mandi lagi, tidur. Hampir tidak ada yang bisa diajak bicara kecuali masalah kuliah, kampus, tugas, bla..bla..bla..
Saya suntuk sekali.
Lalu pada sebuah malam yang dingin *WELEH, di bulan apa saya lupa, yang jelas belum lama ini, seorang sahabat terdekat saya, yang selama ini mengayomi, saya jadikan 'panutan', seseorang yang tidak hanya bisa menjadi sahabat saya tapi juga bisa ngemong saya, yang bahkan saya memanggilnya 'mami' dan dia mengaggap saya seperti anak sendiri (waw), tiba-tiba ngirim esemes yang kontan membuat tidur saya tidak nyenyak lagi, oke, saya nggak akan nulisin esemes itu secara detail, tapi intinya adalah,
"...goodbye, good luck for the rest of your life."
Saya pikir saya telah melakukan kesalahan besar tak termaafkan sampai dia berniat mengucapkan selamat tinggal kepada saya. Tapi ketika saya tanya, dia jawab bahwa masalahnya bukan karena saya punya salah atau apa, tapi karena saya sudah besar. sudah bisa mengurus diri sendiri. sudah ada yang ngejagain.
Wah. Wah. Wah!
Apa maksudnya itu?
Entahlah, ketika saya tanya lagi sama dia, dia malah cuma memberikan senyuman yang saya tidak bisa mengartikannya. Menyisakan sebuah tanda tanya besar di benak saya: tidak mungkin dia bisa sampai bilang begitu kalau tidak ada apa-apa. Lalu apa salah saya?
Dan tidak hanya itu.
Pergantian tahun, momen yang paling saya tunggu-tunggu sepanjang 2009. Kenapa? Karena saya yakin bisa menyongsong tahun depan dengan semangat baru, rencana-rencana menyenangkan yang baru, pandangan baru...
Tapi ternyata di hari pertama tahun 2010, pernyataan shocking kembali menyapa saya, lagi-lagi dari sahabat dekat saya.
Intinya, bahwa tugas-tugasnya telah selesai, selama ini dia datang untuk bagi-bagi ilmu kepada saya, dan ketika ilmu-ilmu itu sudah saya serap sepenuhnya, maka... ya sudah. Finished.
"Sampai jumpa di kesempatan lain, karena kamu mungkin sudah tidak membutuhkan saya lagi."
Oh lalaaa.
Ada yang bilang mendapat 1000 teman tidak lebih baik dari kehilangan 1 saja.
Dan MEMANG BENAR.
Rasanya sakit sekali.
Dan sepertinya memang ada yang salah dengan saya, betul?
Atau memang saya pantas kehilangan mereka??
T__________________________________T
Comments
Post a Comment