Coretan untuk Kawan

Ya, sejatinya aku iri, pada kalian yang memiliki ketegaran, keikhlasan untuk dicintai
Tapi aku ingin bisa dicintai dan mencintai. Sedang aku belum tahu caranya. Jawab apakah aku ini manusia rakus tak tahu diri.

Ya, sejatinya aku resah, kawan.
Bila pada akhirnya benar-benar namanya saja yang tersisa.
Sedang aku masih enggan untuk belajar mencinta.

Ya, sejatinya aku ini pengecut akan datangnya hari itu.
Ketika telah sampai, di celah pintu rumahku.
Sebuah izin menyaksikan berlabuhnya dua hati pada satu dermaga,
yang diantaranya tak pernah ada milikku.
Sedang aku masih belajar arti keikhlasan.

Kawan, aku ini manusia terasing.
Meniti jalan jauh dan berusaha kukuh meski sejatinya rapuh.
Mengulum senyum pada yang menerima cinta meski sejatinya menangis sebab tak bisa,
Tegar memperjuangkan jiwa meski sejatinya hampir padam kobarnya

Dan aku tiada bisa menyalakan lampu dalam kepalaku untuk ijinkan matamu melongoknya,
Karena memang tak pernah ada apa-apa senyatanya,
Kecuali namanya.

Biarlah tetap terkunci mati jika memang tak pernah ia mengizinkannya. Walau kepak rontanya menjerit terbang bebas ke angkasa.

Mei 2010.