Ramadhan: Keping I

Tak banyak yang dikabarkan angin hari-hari ini
Kecuali tentang sukacita hati yang tak lagi
sekadar mampu memendam mau;
Yang desirnya menyisakan gelora yang begitu manis:
Semanis rona kekasih yang terlalu lama membelenggu rindu.

Bertemu.

Jua kah ronamu?

Dan seperti apakah rupa cahaya?
Fajar merekah di ujung sana;
Manusia-manusia ini tak henti mendamba di balik bilik selaksa
Sekuat daya menyimpan semangat betapa demi saatnya
Kau dan aku, kita
Dalam diam menanti kaburnya semburat malu-malu rona yang sempat terenda
Hingga berganti warna
Menyisakan hanya kita yang begitu gelisah oleh penantian cinta

Hanya kita,
Dan kekasih yang sama-sama kita damba:
Bulan penuh ampunan-Nya

Maka inilah saatnya
Ketika semburat malu-malu berganti rona pasti oleh letupan jiwa-jiwa yang mencari suci
Biar jatuh sejuta peluh,
Biar jadi mata air surga yang membasuh seluruh
Gulirkan bulan di peraduannya, Engkau
Biar perindu-perindu ini berlari kecil menggapai pintu-Mu
Memenuhi sepanjang pagi hanya dengan nama-Mu
Bersimpuh di sajadah yang telah basah air mata karena-Mu
Dan tak henti bertutur syukur di malam-malam-Mu

Di Ramadhan-Mu

Comments

Popular Posts