New Year di Pantai Krakal :D

Well, selamat memulai 2012 dengan penuh semangat! :)

Oke, kedengarannya memang sudah (sangat) terlambat untuk memberi ucapan selamat tahun baru. Tapi di sini bukan itu poinnya. Saya nggak sekedar bermaksud mengucapkan selamat tahun baru. Saya berbagi semangat untuk mengawali tahun ini menjadi lebih baik dari kemarin. Dan saya pikir, hal itu sah-sah saja dilakukan kapanpun asalkan masih di awal tahun, betul?

Ceritanya, saya mau berbagi sedikit cerita tentang pengalaman super menyenangkan di awal tahun 2012 ini. Yup, saya menghabiskan waktu di pantai sementara detik-detik pergantian tahun berlalu. Bukan, samasekali bukan berniat merayakan tahun baru. Saya cuma kepingin melihat seperti apa hebohnya suasana pesta kembang api di tempat terbuka dengan diiringi hembusan angin dan deburan ombak yang sungguh eksotis. Sama saja? Ah, tidak juga menurut saya. Esensinya bukan di tahun baru nya. Tapi kembang apinya.

Cerita bermula ketika kamis malam di penghujung desember saya kerja lembur menyelesaikan laporan penelitian di rumah mirsa. Sepertinya cuaca sedang enggan berkawan dengan saya malam itu. Hujan deras, dan motor saya masih terparkir dengan begitu cool nya di halaman rumah mirsa. Ketika akhirnya saya minta diri hendak pulang, rupa-rupanya motor itu nggak bisa nyala. Entah terlalu banyak kemasukan air hujan atau apa. Dan akhirnya, jadilah malam itu saya menginap di rumah mirsa.

Seperti yang sudah-sudah, secara sangat mendadak ide konyol terlintas di pikiran kami. Bahkan kali ini dengan momen yang sangat tepat: tahun baru di pantai yuk!

Mungkin rencana itu terdengar sungguh ababil.
Tapi sepertinya akan menyenangkan.

Maka dimulailah usaha kami survey pantai yang asyik untuk dijamah. Dari hasil searching sana sini di web dan blog orang, akhirnya kami memutuskan untuk ke Pantai Krakal, Wonosari. Padahal lumayan jauh, sekitar enam puluh berapa kilometer jauhnya dari jogja. Alasan kami memilih pantai krakal adalah, pertama, karena Pantai Krakal berpasir putih (saya dan mirsa sama-sama setuju sudah bosan melihat pantai berpasir hitam). Kedua, pantai-pantai di Bantul berpasir hitam. Hahaha oke, itu dua hal yang sama sebenarnya; kesimpulannya, kami memilih Pantai Krakal karena berpasir putih, pemandangannya indah, dan oh ya, di sana penginapannya terjamin. Ceritanya kami sempat mempertimbangkan ke Pantai Sundak, namun dari hasil googling akhirnya kami sadar bahwa akomodasinya pasti susah karena di kawasan pantai yang masih tergolong 'perawan', baru saja dijadikan sebagai obyek wisata itu belum ada penginapan.

Jumat siang, kami berhasil mengumpulkan massa: 4 orang yang berminat ikut mbolang bersama, sebut saja Ning, Osa, Pandu dan Oni. Agak surprised juga sebenarnya anak-anak ini tiba-tiba semangat sekali mau ikut blusukan macam itu. Mending kalo rencana kami jelas. Sejujurnya, rencana saya sama mirsa sangat spontan (nggak jelas, -red). Oke, tujuan sudah jelas. Tapi untuk mencapai ke sananya itu yang masih absurd. Jalan ke Krakal tau? Enggak. Ah gampanglah nanti liat plang di jalan aja. Terus disana mau ngapain aja? Nggak tau, liat ntar aja deh . Jediaaaaaaaang! Makhluk stabil manapun nggak akan mau diajak gila-gilaan dua hari tanpa agenda yang jelas macam yang kami rencanakan. Tapi buktinya ada juga yang mau ikut. Jadi kesimpulannya, 4 orang yang tiba-tiba semangat mbolang itu.. juga sama-sama labil seperti kami? Hahaha, ampun Ning, Os, Pand, On.. Tapi you're rock lah, guys! :D

Sabtu pagi, dengan semangat 45 saya dan Mirsa berangkat menuju Wonosari. Sedikit info, kami naik motor membawa gitar dan seperangkat alat bebakaran jagung yang nangkring dengan anggunnya di gantungan motor mirsa. Kalo dipikir-pikir sebenernya agak mengkhawatirkan juga, gimana enggak, kita ini, udah cuma cewek berdua, nggak tau jalan, bawa benda-benda segeda gaban.. Heroik banget pokoknya.

Tambahan info, cuaca saat itu labil banget. Perjalanan dari Jogja-Wonosari yang jauh banget sampe bikin pantat rasanya menipis tiba-tiba itu sebenarnya sudah sungguh melelahkan tanpa harus setiap beberapa menit sekali berhenti untuk lepas-pakai mantel. Rupanya Tuhan sedang mempertanyakan niat kami. Pastinya kalau kami nggak niat-niat amat, sudah sedari tadi ketika lepas-pakai mantel untuk yang pertama kalinya, mood kami hancur berantakan karena rempong banget perjalanannya. Bayangkan, naik motor dengan pe-plastik-an yang membungkus gitar dan tubuh kami. Ini juga yang lucu. Si mirsa bawa dua mantel, yang satu mantel bagus berkualitas tinggi, yang satu mantel abal-abal berwarna kuning harga tiga ribu yang biasanya dipakai pak becak untuk berlindung dari hujan.. dan saya yang harus memakainya. Sungguh konyol.

Mendekati tengah hari, akhirnya kami sampai di Pantai Krakal. Begitu masuk kawasan pantai, saya langsung takjub sama view nya. Kereeeeen!

pantai krakal
Sedikit info mengenai Pantai Krakal.

Jadi pantai Krakal adalah mata rantai perjalanan setelah pantai Baron dan pantai Kukup. Jarak pantai Krakal dari Jogja lebih kurang 65 kilometer. Konon, Pantai Krakal adalah pantai yang paling indah, di antara seluruh hamparan pantai di sepanjang pulau Jawa. Pantai ini akan dibangun menjadi kawasan pantai dan perkampungan wisatawan, khususnya wisatawan asing, semacam tourist resort Nusa Dua di pulau Bali. Pantai Krakal, bentuk pantainya landai, berpasir putih, terhampar sepanjang lebih dari 5 kilometer. Yang berminat berwisata ke sini, dijamin nggak nyesel deh :D

Jadi begitulah. Sesampai di Krakal, kami sempat mempertimbangkan untuk melihat-lihat pantai sebelah, sekedar mempertimbangkan pantai mana yang paling nyaman. Saya dan mirsa sempat susur pantai sampai Pantai Sundak, namun rupanya hasil googling kami memang benar adanya, di Sundak nggak ada penginapan. Maka jadilah kami balik ke Krakal, nggak terlalu susah menemukan satu penginapan yang kebetulan masih ada 1 kamar kosong untuk disewa semalam. Sepertinya kami lumayan mujur. Salah satu wisatawan (kenalan baru kami) bercerita bahwasanya kami beruntung banget masih bisa nemu kamar kosong di saat seperti itu. Biasanya kalau sudah hari H malam tahun baru begitu semua penginapan sudah penuh. Kalaupun ada kamar kosong, pastinya harganya jadi mahal banget. Kamar yang kami sewa sebenarnya juga mahal, harganya naik dua kali lipat. Kalau hari biasa Rp 75.000 saat itu karena malam tahun baru naik menjadi Rp 150.000. Whoa! Tapi untungnya dengan tampang sedikit memelas khas mahasiswa, saya dan mirsa bisa merayu si mbak pemilik penginapan untuk menyewa kamar seharga Rp 100.000 saja semalam.

Sampai sejauh itu nggak ada kendala yang berarti. Kecuali satu hal; di sana nggak ada sinyal. Kalaupun sesekali ada, adanya di tempat tertentu, seperti di depan pintu kamar yang kami sewa. Entah kenapa bisa begitu. Entah karena pengaruh angin atau mbak pemilik penginapan memang memasang semacam alat penangkap sinyal di bawah tanah tepat di depan kamar kami. Hahaha. Macam itulah pokoknya. Kami sempat ketar ketir juga, bagaimana caranya menghubungi teman-teman kami, Ning, Osa, Pandu dan Oni yang akan menyusul kalau kami nggak bisa mengabari mereka di mana kami berada? Sempat agak panik. Tapi untunglah dengan sedikit usaha heroik (tangan yang pegel megang hape dalam posisi di atas kepala selama beberapa menit sementara sms dikirim, -red) akhirnya bisa juga kami kirim kabar ke Ning dkk bahwa kami ada di penginapan Slili di pantai Krakal.

Lalu setelah penantian yang sangat lama dan mengenaskan (selagi menunggu kedatangan Ning dkk bahkan saya hampir bisa diajari main gitar sama mirsa - yah walaupun nggak beranjak dari lagu Leaving on a Jetplane nya Chantal karena lagu itu kuncinya cukup sederhana) akhirnya Ning dkk datang. Membawa buntelan berisi jagung beserta bumbu dan makanan kecil lainnya. Lalu petualangan kami yang sebenarnya dimulai :D

Waktu itu cuaca lumayan cerah. Kami merencanakan untuk menunggu malam tiba sambil menikmati pemandangan sore di Krakal. Sunset? Owyeah. Itu salah satu daya tarik eksotis Krakal yang lain. Keren! Kami puas main-mainan pasir sambil mangap-mangap takjub sama indahnya sunset Krakal.

menjelang sunset di krakal
Malamnya, hujan. Cukup deras. Padahal kami berenam sudah dengan semangat 45 menjinjing tikar dan peralatan bebakaran jagung lainnya ke pantai. Awalnya kami hampir menyerah, hampir balik ke kamar lalu bebakaran jagung di depan kamar sampai tengah malam. Duh. Nggak asik banget. Maka dari itulah kami memutuskan untuk, meski masih gerimis, tetap melanjutkan niat bebakaran di pinggir pantai. Sampai beberapa kali harus pindah tempat karena kurang pewe. Sampai kemudian menemukan tempat persewaan payung segede gaban yang bisa ditancapkan sedemikian rupa ke tanah. Lumayan buat ngeyup kalau tiba-tiba hujan lagi. Lalu kemudian, bebakaran. Ini saat-saat yang sangat seru. Meskipun mungkin kami tidak tampak seperti ada di suatu acara liburan asik bareng temen tapi seperti di tempat pembuangan akhir karena kami dikelilingi berbagai macam sampah, dari mulai kulit jagung sampai pe-plastikan yang berserakan. 

bukan pemandangan yang cantik, bukan?
Begitulah. Kami bakar jagung sampai persediaan jagung kami habis. Sempat main kartu juga, sebuah permainan konyol yang diperkenalkan oleh Pandu; permainan tipu-tipu karena siapa yang jago nipu dan nggak ketahuan bakal menang -_-"

Dan waktu terus melaju. Merayap pelan namun pasti, mengganti 2011 menjadi 2012. Suasana di sana heboh banget. Mesin-mesin kendaraan meraung. Lampu-lampu dinyalakan. Kembang api bertebaran di langit sampai hampir setengah jam setelahnya. Sayang saya nggak sempet videoin pesta kembang api di sana. Bingung ngambil fokusnya. Terlalu banyak kembang api yang berpijar di angkasa soalnya..

Kemudian setelah pesta kembang api berakhir, kami memutuskan kembali ke penginapan. Sebenernya nggak papa kalau mau tidur di pinggir pantai, asik malah. Tapi sepertinya terlalu riskan. Bagaimanapun kami ini cewek. Risiko selalu ada, dan sangat besar untuk berada di luar saat gelap gulita seperti itu.

Paginya, sehabis subuh kami cepat-cepat turun lagi ke pantai. Sempat gerimis beberapa saat, tapi untung nggak berlangsung lama. Jadi rencana hari itu bisa kami laksanakan dengan lancar. Susur pantai ke timur. Rencananya mau sampai sundak, tapi rupanya kami berhenti di pantai kedua sebelah timur krakal (saya lupa namanya pantai apa).
akhirnya bisa foto bareng berenam, setelah berhasil 'menculik' mbak-mbak buat fotoin :D
foto doang - konsepnya ngga jelas
lagi, konsepnya ngga jelas -___-
dari tadi bertiga. ning kakinya sakit ketiban batu T.T
two thumbs up buat oni yang motoin, bagus! :D
bisa foto bareng lagi, ngga sengaja nemu adek kelas di pantai sebelah
Menjelang siang kami memutuskan untuk pulang. Sebelum matahari bersinar terlalu terik, cukup terik untuk membakar kaki-kaki kami di perjalanan sehingga sesampai di rumah kaki-kaki itu bakal seperti telo. Gosong dan tak berbentuk. 

Well, bagaimanapun, ini adalah salah satu liburan saya yang paling seru. Thanks guys! :):)

Comments

  1. Mari kita ulangi lagi kapan kapan! HAHAHA ;))

    ReplyDelete
  2. ulangi? hahaha nek bab luput-luputan ngene kok semangat yo -____-"

    ReplyDelete
  3. ulangi? kalau nyoba lain yang lebih menantang gimana??? hahaha
    luput = senang... -_-"

    ReplyDelete
  4. yeheheheheheheheeee mau lagi mau lagi :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts