(tentang) Gigi Saya
| Gigiku dulu tak begini |
Ada yang ganjil?
Oh ya, gigiku ada 'kutil' nya. Ada lagi? Tidak? Ah, yang benar?
Aku berani taruhan kalau pertanyaanku dijawab sama anak KG, pasti ada lagi jawabannya. Selain 'kutil' yang sebenernya adalah semen ionomer kaca yang memang sengaja ditempel disitu sebagai 'cantolan' kawat dalam rangka perawatan orto.
Ya, gigi incisivus sentralis kananku. Gigi tengah depanku yang sebelah kanan. Ada apa dengannya?
Iya, kurang panjang.
Ada lagi?
Iya, warnanya nggak sama.
Ada lagi?
Iya tampak sebuah garis yang melintang miring disana (ini nggak bakal kelihatan sih, kecuali nontonnya dari deket banget).
Pasti bisa menebak gerangan apa yang membuatnya menjadi seperti itu.
Ya, gigi itu pernah patah. Fraktur Ellis klas II, yang nyaaaaaris saja, hanya tinggal kurang nol koma sekian mili, bikin pulpanya terbuka. Gara-gara kecelakaan tunggal yang diprakarsai oleh ngantuk di jalan beberapa bulan lalu, pas mau survey tempat KKN.
Sedih?
Jelas.
Walaupun waktu itu aku haqqul yaqin gigiku masih bisa ditambal atau paling tidak dibuatkan mahkota jaket.
Tapi ternyata, yang namanya bikinan manusia memang jauuh berbeda dengan yang asli bikinan Allah.
Masih sangat terlihat bedanya.
Dan ternyata perbedaan sekecil itu, yang nampaknya nggak berdampak signifikan terhadap keseluruhan gigi, ternyata berdampak.
Aku merasa senyumku beda.
Karena gigi-gigi rahang atasku sepertinya jadi mundur beberapa mili karenanya.
Hmmmm... Jadi, yang masih punya gigi sehat dan lengkap, dirawat baik-baik ya.
Walaupun dokter gigi bisa jadi peri penyelamat ketika gigimu kenapa-kenapa, tapi akan jauh lebih asik kalo gigimu sehat dan masih asli dari sang pencipta.
Yang setuju, boleh acungkan jari :D
Comments
Post a Comment