Better Talk than Wag

Well, actually, I don’t want to take this tiny-freaky-unimportant-little-thing into account. Tapi lama-lama saya risih juga sih, terlebih karena saya lama nggak nyampah di sini (apa hubungannya? hmm silahkan interpret sendiri. Bebaslah pokoknya. Jaman merdeka, jaman demokrasi gini, bebas beraspirasi lah pokoknya).
This all is just about the importance of being ‘jujur dan terbuka kepada orang lain’. Mungkin ada yang merasa aneh, nggak nyangka dan semacamnya bahwa di era demokrasi yang serbabebas dan terbuka ini masih ada aja yang nyimpen penyakit lama bawaan orde baru: memendam rasa dan pemikiran yang sebenernya sah-sah aja untuk dikeluarkan tanpa harus sehari kemudian menghilang tinggal nama atau jadi buronan petrus (penembak misterius). Yaelah ini kenapa saya jadi ngomongin politik orba? -.-
Gini lho. Saya sebenernya cuma mau bilang; iya, masih ada aja yang kayak gitu. Di era serbaterbuka dan serbabebas sekarang ini. Dimana aspirasi seharusnya disuarakan, bukan sekadar disimpan dalam-dalam dan lama-lama jadi bisul kronis eksaserbasi akut yang berdenyut-denyut menyakitkan.
Saya kurang senang dengan orang-orang yang berpaham seperti itu. Berdiam diri ketika melihat sesuatu yang salah terjadi, lalu nggerundel di belakang. Just make everything simple wae lah. When you feel someone did something wrong, just talk to him/her, say that he/she has done something he/she shouldn’t do. Bukan malah berkoar kesana kemari dan mencecer kesalahannya sehingga menjadi bahan gunjingan massa yang menjijikkan. Hal yang seperti itu, mencecer kesalahan orang lain di depan massa, boleh-boleh saja, sah-sah saja dilakukan, bila dan HANYA BILA, if and only if pihak yang bersangkutan super ngeyel dan nggak mempan dinasihati berkali-kali.
It hurts me. I did cry. Sakit sekali lho rasanya diomongin di belakang tanpa sebelumnya diingatkan jika memang saya, tanpa sengaja, telah melakukan kesalahan. Please, masih banyak sekali urusan yang harus dipikirkan (atau saya pikirkan, terutama) daripada hal-hal remeh temeh macam ini, yang semestinya bisa kita bicarakan baik-baik.
So, it’s always better talk than wag. Kalau saya ditanya kenapa saya malah menulis di sini dan bukannya beritikad ngajak ngobrol duluan, maka saya akan mengembalikan kemana semua masalah ini berasal. You didn’t talk to me first before you talk to everyone about me and my mistake, so don’t ever wish I will talk about it to you first to make all these messing things clear.
And, for me, you’ve lost your prestige. I’m Sorry. 

Comments

  1. setuju :') nyindir kesalahan orang di media sosial dan menjadikannya bahan tertawaan juga sangat menyakitkan. It's always better talk than wag :)

    ReplyDelete
  2. Hahahaha sepertinya aku tau maksudmu wakakak. Maaf lahir batin ya rin :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts