Who am I? I'm Spiderman!
Who am I?
I'm Spiderman.
*Lho lho, pren kenapa? Habis makan laba-laba balado?
Hehe, bukan, bukan. Saya hanya menirukan kata-kata Peter Parker a.k.a si Spiderman yang kedengeran setiap kali ada iklan akan ditayangkannya film Spiderman di Trans TV menjelang detik-detik pergantian tahun nanti. Lalu kenapa saya menirukannya? Hmm.. aneh sekali, bukan???
Jawabannya adalah.. bukaaann.. hehe. Karena saya ini sedang iri sama yang namanya Peter Parker itu. Karena dengan begitu mantapnya, begitu yakinnya, begitu beraninya, dia bisa bilang bahwa dia... SPIDERMAN.
Well, kalimat Peter Parker bagian itu terdengar seperti mantra sihir bagi saya. Saya bilang begitu karena efeknya luar biasa dalam mempengaruhi pola pikir saya. Saya mulai berpikir bahwa Peter Parker keren. Terlepas dari jalan cerita bahwa dia superhero, lho. Karena bukan itu yang saya tekankan. Tapi kenyataan bahwa si Parker ini benar-benar tahu siapa dia. Benar-benar tahu apa posisinya, dengan cara apa dia bisa memberi andil bagi dunia. Bahwa dia adalah Spiderman, superhero dengan kekuatan super yang mampu melindungi umat manusia. Hmm.. dan pemikiran seperti ini, membuat saya berpikir secara generalisasi, bahwa orang-orang seperti Peter Parker ini adalah orang-orang yang luar biasa keren. Karena, sekali lagi, mereka tahu porsi mereka untuk dunia.
Saya pernah mengalami saat-saat frustasi, menyadari bahwa selama sekian belas tahun saya hidup di dunia, tidak ada satu pun hal berguna yang sudah saya lakukan, yang sudah saya hasilkan, untuk masyarakat. Untuk dunia. Untuk orang-orang di sekitar saya. Hampir gila saya dibuatnya. Perasaan itu semakin menjadi-jadi ketika saya menyadari manusia jenis apa saya : saya adalah manusia pendiam yang cenderung menghindari (dan dihindari) orang lain. Selain itu? Saya tidak tahu lagi. Saya samasekali tidak punya gagasan mengenai siapa saya sebenarnya. Saya tidak kenal betul siapa diri saya, jadi bagaimana mungkin saya bisa mengenal lingkungan di sekitar saya, untuk kemudian saya beri yang terbaik untuk mereka? Beruntunglah ketika saya mencurahkan isi hati yang mengancam kelangsungan kebahagiaan hidup saya ini kepada seorang teman. Yang kemudian memberikan sedikit pencerahan kepada saya, dengan mengatakan :
"Menurutku kamu itu orang yang berkarakter plegmatis, Pren. Lebih sering menjadi penengah pada setiap masalah, dan dunia membutuhkan orang-orang berkarakter seperti ini untuk menciptakan kedamaian."
What an amazing words!
Sekian lama saya mencari-cari jati diri saya yang tersesat entah di belahan bumi mana, dan hanya dengan satu kalimat yang dipaparkan dengan sangat tenang, pandangan saya mulai berubah total.
Well, saya mengamini bahwa saya adalah seorang plegmatis. Hmm.. ada yang tidak tahu mengenai plegmatis ini? Oke oke, berikan saya sedikit ruang dan waktu untuk mengungkapkannya.
Plegmatis, adalah salah satu dari empat kepribadian manusia, yang tiga lainnya adalah Sanguinis, Koleris, dan Melankolis. Karakter plegmatis sering diidentikkan dengan karakter "Cinta Damai”, dimana orang dengan karakter ini cenderung menghindari konflik. Kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, dia akan berusaha mencari solusi damai tanpa menimbulkan pertengkaran. Dia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya tidak berkepanjangan. Saya pikir, inilah alasan mengapa teman saya menyebut karakter plegmatis adalah karakter penengah bagi setiap masalah. Dan itu benar. Saya paling tidak menyukai konflik.
Kaum plegmatis cenderung kurang bersemangat, kurang teratur, dan dingin. Ehm, karakter yang saya banget. Selain itu, cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya melalui cara yang sangat menyenangkan. Dengan sabar dia mau menjadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh mengambil keputusan, dia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang plegmatis.
Agak repot berurusan dengan orang berkarakter plegmatis ini. Karena dia sangat sensitif, sedikit saja tekanan yang membuatnya merasa tidak nyaman akan membuatnya mundur teratur. Tapi, kalau tidak begitu, dia juga tidak akan pernah maju, karena pada dasarnya, dia kurang motivasi. Hmm.. jadi, ketika berurusan dengan kaum plegmatis, yang harus disiapkan secara sungguh-sungguh adalah pendekatan yang intensif, mencoba mengerti dia sebaik-baiknya, baru kemudian memberinya motivasi. Dan... waw! Saya menemukan diri saya. Bahwa saya, seorang Friendika Dhiah Ayu, ternyata benar-benar seorang plegmatis sejati.
Saya diam.
Saya suka ketenangan.
Saya cinta kedamaian.
Saya sensitif.
Saya plegmatis.
Dan fakta bahwa akhirnya saya mengetahui siapa diri saya, membuat saya sedikit lega. Setidaknya, saya akhirnya tau how to treat myself. Bagaimana berkomunikasi dengan diri saya sendiri. Bagaimana usaha untuk mencapai aktualisasi diri.
Hmmm... lalu bagaimana dengan karakter-karakter yang lain?
Wahai jiwa-jiwa yang haus akan jati diri, bersiaplah memuaskan dahaga kalian, karena saya, akan mencoba menjlentrehkan semampu saya, sepengetahuan saya mengenai tipe kecenderungan sifat umat manusia ini.
Karakter lainnya, adalah Sanguinis. Karakter ini identik dengan “Yang Populer”. Mereka cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan warna. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu. Namun orang-orang sanguinis ini sedikit pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir pendek, dan hidupnya serba tidak beraturan. Kemungkinan besar dia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi dalam pembuatan planning. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, dia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat dia ingin buktikan bahwa dia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian dia tidak akan melakukan apapun juga. Pekerjaan yang cocok untuk kaum sanguinis adalah pelawak, aktor, MC, presenter, motivator, cheerleader, pedagang, moderator, jurnalis, dan untuk sanguinis yang suka dengan penyimpangan mungkin bisa menjadi penipu, provokator, oportunis, dan lain sebagainya. *Ini kok malah memberi motivasi bertindak jahat, ya! PLAK! :D
Karakter melankolis, “Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan kaum sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankolis cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang dia pikirkan secara mendalam sekali.
Orang melankolis selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang melankolis tak akan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Bagi yang sudah nikah, jangan coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri melankolis anda, sebab sudah betul-betul dia tata apik sekali, sehingga warna, jenis, serta klasifikasi pemakaiannya sudah dia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu dia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Dia akan mejadi dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.
Orang yg cenderung melankolis, cocok berprofesi sebagai ilmuwan, seniman, aktivis sosial, analis, musisi, sastrawan, filsuf, programmer, webmaster, detektif, mata-mata, dan sekali lagi, untuk melankolis penyimpang, bisa mengembangkan bakatnya sebagai orang gila, psikopat, kritikus, dan lain-lain, hehehe :D
Karakter terakhir, Koleris, “Yang Kuat”. Mereka suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Dia tidak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja dia suruh melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang bossy itu membuat kaum koleris cenderung tidak punya banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi korban karakternya yang suka mengatur dan tidak mau kalah. Kaum koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Satu hal yang menjadi pedoman hidup mereka, “Hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya semuanya akan berantakan”. Karena itu mereka sangat goal oriented,tegas, kuat, cepat, dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tidak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau dia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan dia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab dia tidak mudah menyerah, tidak mudah pula mengalah. Kaum koleris cocok menjadi manajer, direktur, pelatih, polisi, tentara, presiden, atlet, organisator, satpam, menteri, gubernur, camat, dan mungkin juga preman, diktator, perampok, anarkis.
Jadi, termasuk ke dalam karakter manakah anda?
Kalau saya sih jelas... I'm spiderman! Eh eh, bukan ding, saya plegmatis sejati. :D
Lalu bagaimana jika dua karakter yang berbeda berkolaborasi—dua orang dengan krakter berbeda, koleris dengan plegmatis, atau sanguinis dengan melankolis, atau melankolis dengan plegmatis jatuh cinta, misalnya—akan jadi apa hasilnya?
Well, mari sekali lagi berikan ruang dan waktu bagi saya untuk bereksplorasi lebih mendalam lagi. Nantikan edisi berikutnya! –pren-
aku kayaknya sanguinis deh pren, yg membuatku yakin itu soalnya aku orangnya suka memplaning sesuatu sampai detail samapi gak ada yg kelewatan, beberapa saat aku ngerasa semangat bgt mau merealisasikannya, tp bbrapa hari kmudian jd kocar-kacir gr2 ditunda2 dan akhirnya nggak jadi. solusinya gimana donk ??. Oiya, tmnku itu namanya faela, buka aj blognya
ReplyDeleteahaihai. solusinya? munculkan saja sisi melankolis dalam dirimu, wekekekekek..
ReplyDeletesoale kan gak ada orang yang pure sanguinis, atau pure plegmatis.. cuma karakter itu mendominasi wae..
hahaha.. :D
faela?
oke, tengkyu! :)