Let's Say : Alhamdulillah, and Astaghfirullah!

Let's say: alhamdulillaahirabbil'alamiin :)

Kenapa? Karena, KHS saya semester 3 ini alhamdulillah sedap dipandang, hehe.. Perasaannya? Yang jelas, yang pertama seneng. Bersyukur banget ketika ngasih lihat KHS ke ibuk bapak di rumah, saya dikasih senyum dan ucapan selamat. Ehm, memangnya kalau KHS saya nggak sedap dipandang saya bakalan dapet apa? Caci maki dari mereka? Of course not. Kok bisa? Hmm... tidak ada alasan lain selain karena mereka adalah sebaik-baik orangtua yang ada di dunia :)

Tapi selain seneng, saya juga merasa sedih, lho. Bukan, tentu saja bukan karena kurang mensyukuri atau apa. Tapi karena, gimana ya.. Ijinkan saya bilang bahwa saya juga harus mengucap astaghfirullah setelah alhamdulillah. Saya ini siapa? Pinter enggak, rajin enggak, ambisius enggak.. Saya merasa sangat kecil, rasanya belum pantas saya mendapat penilaian sempurna macam itu. Kalau boleh jujur, sebenarnya saya heran seheran-herannya lho. Menilik bagaimana keseharian saya di semester tiga, ujian saya, rasanya itu too far from perfect. Saya bahkan sempat pesimis harus menyiapkan beratus-ratus ribu untuk biaya remidi di semester ini. Tapi ternyata hasilnya, benar-benar di luar dugaan, seperti ini. Alhamdulillah untuk hasil yang saya peroleh, astaghfirullah untuk segala macam kekurangan dalam proses menuju ke situ.

Jujur, saya sering merasa 'tertohok' ketika mendengar selentingan 'kuliah itu belajar, cari ilmu, bukan cari IP tinggi' Hmm.. jadi, apakah selama ini niat saya cari IP tinggi? Nggak. Maksud saya, nggak sepenuhnya. Tentu saja ada lah niatan cari IP ideal. Tapi itu bukan tujuan utama saya kok. Saya pengen cepet jadi dokter gigi, cepet berguna buat masyarakat, itu saja. Nah, kalau ilmu termasuk di dalamnya, yah boleh lah ya diartikan tujuan saya kuliah adalah cari ilmu :p

Tapi kemudian saya berpikir, 'apa iya proses yang selama ini saya lakoni sudah berjalan seperti niatan itu sepenuhnya?' Apalagi, menilik dua semester terakhir ini, yang bisa dibilang pencapaian indeks prestasi saya tidak biasa, ganjil, abnormal, bikin melongo, atau apalah. Ternyata, saya rasa tidak. Atau belum, lebih tepatnya, kalau saya bisa mengusahakan yang lebih baik lagi besok di semester mendatang. Jadi, sebenarnya inilah yang membuat saya berpikir bahwa saya harus mengucap astaghfirullah. Lama saya merenung, berpikir, hal-hal apa saja yang kiranya menjadi pengganjal di dalam pikiran saya. Akhirnya ketemu juga, perbedaan mendasar antara kuliah yang bener-bener cari ilmu dan yang saya lakoni selama ini:
  1. Kuliah cari ilmu itu di kelas mendengarkan dosen dan mencatat dengan rajin, bukannya malah ngobrol, tidur, atau belajar buat pre-test praktikum seperti yang sering saya lakukan.
  2. Selain mendengarkan dan mencatat, kuliah cari ilmu itu juga harus aktif di kelas, baik nanya materi yang belum jelas sama dosen atau malah kritis membenarkan jika dosen salah ngomong. Bukan ngomong kalo udah ditanya doang.
  3. Kuliah cari ilmu itu setelah nyampe rumah atau kosan, temennya adalah buku teks, kertas binder atau HVS dan bolpen untuk meringkas isi buku teks, dan laptop untuk searching jurnal terkini untuk dibaca, dipelajari, kalau perlu diresume. Yang saya lakukan selama ini, laptop saya berfungsi hanya ketika saya pengen online facebook atau twitter dan posting blog.
  4. Kuliah cari ilmu itu belajarnya rutin, ada target dalam sehari belajar berapa jam, bukan belajar dengan sistem kebut semalam sebelum ujian akhir datang.
  5. Kuliah cari ilmu itu masuk kelas dengan penuh kesadaran. Mengingatkan ketua kelas untuk sms atau telepon dosen yang bersangkutan ketika beliau lupa ngajar, bukannya malah jadi provokator untuk meninggalkan kelas berjamaah.
  6. Kuliah cari ilmu itu, (kalau mau lengkap ilmunya) harus bisa nyambi, membagi waktu dengan baik antara belajar sama berorganisasi. Bukan hanya aktif di dalam kelas, atau aktif di organisasi saja dan melupakan yang lainnya.
  7. Kuliah cari ilmu itu, melakoni semuanya, susah senang, baik buruk, suka duka, berhasil gagal tanpa mengeluh, karena yakin itu semua adalah suatu proses pembelajaran yang sangat mahal harganya. Bukannya malah sering nangis dan berkoar-koar kesana kesini tentang kejelekan dosen yang ini atau yang itu karena galak di kelas.
  8. Kuliah cari ilmu itu... ah, kalo dibahas terus nggak ada selesainya :p
Jadi begitu lho, kenapa saya merasa harus mengucap astaghfirullah di belakang alhamdulillah. Ini juga menjelaskan kenapa saya, terus terang, sangat nggak nyaman kalo temen-temen saya, ketika bercanda (ataupun ngomong serius) dengan saya, membawa-bawa serta IP 4 yang saya peroleh di dua semester terakhir.

Pada akhirnya, ijinkanlah saya menuliskan prinsip utama yang selama ini membantu menumbuhkan motivasi dalam hati saya. Bahwa, niatkanlah tiap jengkal langkahmu di kampus untuk ilmu, IP itu sekedar bonus.
:)

Comments

  1. mbak pren keren banget :D gak cuma memotivasi mbak doang nih, memotivasi junior macam saya ini juga haha :D
    selamat dan terimakasih mbak pren :)

    ReplyDelete
  2. Uhuk uhuk hoek2.. Mata saya juling membaca KHS Anda.

    ReplyDelete
  3. @septi : iya dek, makasih ya.. ayoayo semangat, taklukkan KG, kita pasti bisa! :D:D:D
    @mircung : eh? perlu dianterin ke YAP? Ngakakakak..

    ReplyDelete
  4. edyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn






    preeeeeeeeeeeeen!!!!!!!!!!!
    :')

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts