Aku Remuk, Hilang Bentuk
Sungguh, ingin aku percaya pada pemikiran naifku bahwa semua ini kalian lakukan semata-mata sebagai kejutan ulangtahun untukku; seperti yang temanku coba lakukan namun terpaksa digagalkan oleh waktu. Walaupun rasanya pemikiran seperti itu utopis sekali; karenanya aku harus siap berpatah hati sehebat apapun, seandainya sejatinya memang tidak ada skenario di balik semua ini. Aku harus bergegas untuk menumpulkan hati, menelan mentah-mentah kekecewaan yang tersangkut di tenggorokan. Kekecewaan pada harapan kosong yang rasanya terlalu indah bahkan untuk sekedar dibayangkan. Kekecewaan pada impian yang pernah terlintas, karena kalian.
Sungguh, aku ingin percaya bahwa nyatanya aku pernah punya dunia yang sangat sempurna dengan kalian. Dunia ketika semua bisa terasa jauh lebih sederhana dari sekarang ini. Dunia ketika aku bisa tersenyum pada semua orang dengan bebas, lepas tanpa beban apapun. Dunia ketika orang-orang masih menyebutku kanak-kanak. Karena ketika itu, aku masih mempunyai kalian, dalam entitas yang tak terpisahkan.
Sungguh, aku ingin percaya tidak ada yang mempunyai kebahagiaan berkumpul dengan kalian seperti yang kupunya. Dulu. Tahukah kalian, aku pernah menjadi pribadi yang sangat sombong karena kepunyaanku akan kalian? Aku selalu menganggap aku adalah seorang paling beruntung di dunia ini; karena Dia menitipkanku pada kalian.
Tapi sekarang semua berbeda.
Aku seperti balita. Terbangun dari tidur melenakan yang penuh dengan mimpi yang sangat sempurna. Tadinya.
Keterjagaan menyambutku dalam pekat. Bahkan dia punya lubang hitam yang sangat besar. Aku, dengan tubuh balitaku yang rapuh, berangsur-angsur masuk ke dalamnya. Menenggelamkanku dan diriku, menelannya berikut mimpi-mimpi yang sejenak lalu menghias dan terasa begitu nyata.
Apa dan siapalah aku. Sepanjang hidupku yang kupunya hanya kalian dan Tuhan. Aku, kalian dan Tuhan. Aku lupa sejak kapan aku mulai menganggap bahwa entitas diriku adalah aku, kalian, dan Tuhan. Yang jelas, sekarang ketika satu per satu dari kalian mulai meninggalkan lingkaran ini, lingkaran di mana semua bermula, aku sadar bahwa aku adalah pribadi yang tidak lagi utuh. Terkoyak. Tercabik. Ada luka menganga yang meradang dengan sangat hebatnya. Mimpi indahku selesai sudah. Dan aku tahu setelahnya hidupku hanya akan terhenti pada satu titik; dan apa yang bisa kulakukan dengan tubuh yang tak utuh?
Hanya menunggu,
Aku remuk, hilang bentuk.
Comments
Post a Comment