Journey to W-Day

Jadi akhirnya, setelah sekian lama, akhirnya kami memutuskan untuk menikah.
Wow. Rasa-rasanya masih nggak percaya saya akhirnya terjerumus juga ke dalam sebuah kondisi dimana semuanya jadi serba embuh dan nyebai dan bikin stres.
Anyway, sebenarnya nggak sampe bakalan bikin se-stres itu sih. In fact that sebenarnya esensi dari menikah adalah, (kalo dalam agama Islam) ya adanya akad nikah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang disahkan sama penghulu dari KUA di depan wali dan saksi. Udah gitu doang. Butuhnya Rp 0 alias gratis tis tis kalau tempatnya di KUA pada saat jam kerja atau Rp 600 ribu kalau di luar KUA dan atau di luar jam kerja. As simple as that. Yang bikin nggak simpel cuma kalau nggak dapet restu dari orangtua. 
Kamipun sebenernya pengennya udah gitu aja selesai (dan langsung bisa ena ena, hahaha).
Tapi, iya benar sekali tebakan anda sekalian, bahwasanya yang membuat ini semua menjadi ribet adalah kehendak orangtua yang tiba-tiba saja menjadi seperti doraemon (aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali...).
Kitanya nggak minta (yakali duit segitu banyak buat resepsi sih kalo bisa mending buat honeymoon ke Eropa aja atau kemana gitu), justru orangtua yang ribut mau bikin ini itu harus adat begini begitu.
Lalu akhirnya, ya itu tadi.
Saya terperangkap juga ke dalam kondisi serba mblunder ini.
Well, let's see lah bakal jadi kayak apa saya dalam dua bulan kedepan.


Comments

Popular Posts