.Rangkaian.
Kutulis rangkaian ini ketika awan hitam menaungi atap yang diam membisu terbungkan irama kelamnya malam
Ketika sinar rembulan tak lagi menghangatkan dingin yang menusuk-nusuk tulang
Yang membiarkan ratapan dari air mata yang tak pernah kering menangisi perginya kepak kelelawar hitam
Tiada lagi kehidupan
Bukan salah siapa, sungguh
Jika kasih sayang tak lagi mampu merengkuh dosa berwujud manusia ini dalam sayapnya
Jika ILahi yang pengasih tak lagi memberi kesempatan bagi hati ini tersenyum dalam lelap
Adalah murni sebuah dosa
Bila merasa jiwa beku
Terlalu mencekam telusuri lorong gelap tanpa ragu
-------------------------------------------------------------------------------------
Kutulis nyanyian hati ini ketika tiada lagi tersisa seulas pun pemuas dahaga di wajah sang ayah
Saat terlalu rapuh untuk berikan lagi mutiara yang teruntai membentuk satu kilatan sayang dari Bunda
Ketika saudara, teman, tak lagi ada dalam kamus sejatinya kebersamaan itu
Bukan salah siapa, saudara
Tiada yang mampu menafsirkan misteri di balik alur ILahi RabBi
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lalu jawab kenapa aku masih meratap
Berikan satu alasan kenapa aku tiada lagi kuasa tuk bangkit ketika batu itu menyandungkan ujung kakiku padanya hingga kuterjatuh
Biarkan kutahu mengapa ku terpilih tuk mampu
Tuhan, Tuhan, Tuhan!
Begitu sombongnyakah diriku hingga kupikir berhak panggil namamu dalam jeritan kalbu?
Sementara ini hanya sebuah rangkaian yang tak pernah mampu wakili rasa yang sungguh
Sebuah rangkaian tak bermakna bagi dahi-dahi yang berkerut-merut semakin carut ketika memaksa menangkap sisi maknawi dari rangkaian ini
Rangkaian ini hanya kata-kata mati.
.mati.
.taku.mati.mati.takut.
.matilah.takut.itu.
Ketika sinar rembulan tak lagi menghangatkan dingin yang menusuk-nusuk tulang
Yang membiarkan ratapan dari air mata yang tak pernah kering menangisi perginya kepak kelelawar hitam
Tiada lagi kehidupan
Bukan salah siapa, sungguh
Jika kasih sayang tak lagi mampu merengkuh dosa berwujud manusia ini dalam sayapnya
Jika ILahi yang pengasih tak lagi memberi kesempatan bagi hati ini tersenyum dalam lelap
Adalah murni sebuah dosa
Bila merasa jiwa beku
Terlalu mencekam telusuri lorong gelap tanpa ragu
-------------------------------------------------------------------------------------
Kutulis nyanyian hati ini ketika tiada lagi tersisa seulas pun pemuas dahaga di wajah sang ayah
Saat terlalu rapuh untuk berikan lagi mutiara yang teruntai membentuk satu kilatan sayang dari Bunda
Ketika saudara, teman, tak lagi ada dalam kamus sejatinya kebersamaan itu
Bukan salah siapa, saudara
Tiada yang mampu menafsirkan misteri di balik alur ILahi RabBi
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lalu jawab kenapa aku masih meratap
Berikan satu alasan kenapa aku tiada lagi kuasa tuk bangkit ketika batu itu menyandungkan ujung kakiku padanya hingga kuterjatuh
Biarkan kutahu mengapa ku terpilih tuk mampu
Tuhan, Tuhan, Tuhan!
Begitu sombongnyakah diriku hingga kupikir berhak panggil namamu dalam jeritan kalbu?
Sementara ini hanya sebuah rangkaian yang tak pernah mampu wakili rasa yang sungguh
Sebuah rangkaian tak bermakna bagi dahi-dahi yang berkerut-merut semakin carut ketika memaksa menangkap sisi maknawi dari rangkaian ini
Rangkaian ini hanya kata-kata mati.
.mati.
.taku.mati.mati.takut.
.matilah.takut.itu.
Comments
Post a Comment