Whatdayathink About Smoking?


Rokok. Part of lifestyle? Kebutuhan? Candu? Atau..racun? Well, bagi perokok, pasti jawabannya adalah tiga yang pertama. Bagi manusia antirokok seperti saya, rokok adalah yang terakhir : racun. For God's sake ya, saya bener-bener benci sama yang namanya rokok dan perokok. Di mata saya, manusia paling egois di muka bumi ini adalah perokok. Pernah denger kan, teori bahwa perokok pasif, atau secondhand smoker, akan mendapat dampak negatif dari asap rokok 2x lebih berbahaya daripada yang ngerokok langsung? Padahal, orang-orang ini, adalah orang-orang tak berdosa yang mungkin, karena tuntutan pekerjaan misalnya, mau nggak mau harus berada di sekitar perokok.
*Kalo gitu, mendingan ngerokok aja sekalian?*
Well, intinya bukan disitu. Yang saya tekankan, orang-orang ini, secondhand smoker ini, mengalami apa yang orang Jawa bilang gupak pulut ora mangan nangkane. Nggak dapet enaknya, cuma dapet sialnya aja. It's really unfair you know, apalagi ketika efek negatif asap rokok itu sudah termanifestasi dalam bentuk penyakit. Dan lagi, penyakit-penyakit yang bisa ditimbulkan oleh asap rokok ini, bukan penyakit ringan semacam influenza atau batuk biasa. Nyatanya, setiap kali menghisap asap rokok berarti menghirup sekitar 4000 macam racun dan artinya secara sadar para perokok memasukkan racun-racun itu ke dalam tubuh mereka sendiri. Come on guys, it's such a suicide! Walaupun nggak secara langsung, tapi bisa dikatakan itu adalah usaha sedikit demi sedikit namun pasti menuju ke arah sana. No offense ya, tapi mungkin alasan inilah yang menjadi salah satu alasan dikeluarkannya fatwa bahwa rokok hukumnya haram, oleh Majelis Ulama Indonesia beberapa saat lalu, yang tentu saja, menimbulkan pro-kontra. Saya bilang begini bukan karena kehidupan saya benar-benar bersih dari asap rokok lho ya. Faktanya, kakak saya perokok berat. Yang sering menimbulkan percekcokan tidak penting dengan Ayah saya, yang notabene, bukan perokok tapi mantan perokok berat juga. Saya hampir yakin kebencian Ayah saya terhadap semua yang berbau rokok dan perokok, sudah tidak terbayangkan, yeah, the same like what I feel gitu lah. Pernah di suatu kesempatan, Ayah saya bilang 'kalau mau ngerokok itu mbok ya di ruangan tertutup, pintu dikunci rapat, biar yang bisa ngerasain nikmat dan racunnya ya dia sendiri.. mati ya dia sendiri yang mati..' So, sebenarnya ada apa sih dengan rokok? Oke, rokok sebenarnya bukan apa-apa, kecuali satu: tiket jalan tol kematian. Kenapa bisa begitu? Karena beberapa hal di bawah ini. Let's cekidot! :)
  • Rokok mengandung nikotin. Nikotin ini, istilahnya adalah primadona, karena zat ini merupakan yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang. Nah lo, kebayang kan, ternyata perokok Indonesia memasukkan nikotin dengan kadar yang lebih parah daripada perokok di negara lain.
  • Timah hitam (Pb). Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!
  • Gas karbon monoksida (CO). Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen. Berlipat-lipat!
  • Tar. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
Rokok memang nikmat, tapi nikmatnya nggak nyata, kalau saya bilang. Karena nikmatnya di depannya doang, sementara di belakang, nyatanya efek rokok lebih mengerikan daripada yang pernah bisa kita bayangkan. Penasaran? Mari cari tahu!
  • Rokok berdampak bagi paru-paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
  • Rokok berdampak bagi jantung. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
  • Penyakit jantung koroner.

    Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.

Itu baru sebagian keciiiil saja penyakit yang ditimbulkan oleh rokok. Sebagian besarnya? Bisa dibilang lebih parah dan lebih mengancam.
Jadi, bagaimana, masihkah akan tetap mempertahankan rokok?

Comments

Popular Posts