Libur Telah Usai

Perlahan-lahan namun pasti, aroma liburan kian lama kian memudar. Bukan harap ingin selamanya seperti ini; ketidakberadaan aktivitas yang pasti bukanlah suatu kegiatan yang patut dirindui. Hanya saja, pikir ini masih belum berhenti berputar, menari-nari dalam tarian sakral memanggil makna yang tersesat entah kemana. Ya, itu dia : sebuah makna. Benakku masih belum rebah dan lelah untuk mencari arti semua ini.

Yeah.. liburan sebentar lagi berakhir. RALAT: sudah berakhir sebenarnya, but not officially. Kalender akademik UGM warna-warni yang saya pasang di dinding barat kamar saya memberitahukan bahwasanya, perkuliahan semester 3 baru akan dimulai hari senin, 23 Agustus 2010 besok. Nyatanya, sejak kemarin, 18 Agustus 2010-sehari setelah kita semua dengan semangat empatlima meneriakkan kata-kata MERDEKA! di kampung halaman masing-masing di malam tirakatan (masih ada nggak ritual seperti ini? di desa saya masih, dan akan selalu begitu sepertinya)-mereka para mahasiswa aktivis yang nggak doyan berpangku tangan terlalu lama liburan, sudah harus kembali menjajah kampus setiap pagi, demi membimbing adik-adik mahasiswa baru mengenal lebih dekat seperti apa dan bagaimana sebenarnya serba-serbi kampus biru (baca : panitia PPSMB a.k.a OSPEK).

Dan mahasiswa seperti saya? (yang doyan kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang?)
Mau nggak mau, (ternyata) harus kena imbasnya juga.
Kalau nggak mau dibilang mau hidup sendiri di kampus, sih.

Dan karena itulah, sejak sekarang, saya nyatakan liburan akhir semester genap 2009/2010 RESMI DITUTUP.

Dan apa yang saya dapat di liburan kali ini? Sebuah makna? Dapatkah saya?

Sepertinya tidak.

Oke, memang sebenarnya liburan kali ini agak lebih mendingan daripada liburan akhir semester gasal lalu, yang benar-benar, just wasting time and doing nothing. Maklum, namanya liburan akhir semester gasal, pasti jumlah liburnya lebih sedikit, dan it means kami nggak punya waktu banyak untuk merencanakan keluyuran bareng-bareng. Nah, singkat cerita, liburan kali ini memberi saya banyak waktu untuk keluyuran, sih.

Pertama, keluyuran bareng njegadhul di pantai Kuwaru yang nggak disangka-sangka, meskipun singkat saja tapi memberi kesan yang sangat dalam *ceile bahasanya. Kami coba-coba seru-seruan naik ATV. Itu tu, motor-motoran beroda tiga yang cara naiknya kayak pake mobil matic. Hihihi. Pertamanya, naiknya agak kesusahan (kata agak boleh dicoret saja sebenarnya, faktanya, berkali-kali saya hampir nabrak orang lewat, papan iklan di pinggir jalan, pohon, dan warung pas jadi sopir ATV dengan seorang teman saya di boncengan). Tapi lama-lama, seru juga, euy! Hahaha... Jadi ketagihan... Dan baru saya tahu belakangan bahwa kegiatan iseng naik ATV itu berefek positif pada proses belajar nyetir mobil saya.

Nah, 2 gambar di atas adalah gambar perwujudan dari kendaraan bernama ATV itu. Tapi gambar yang di bawah sayangnya bukan gambar saya maupun salah satu teman saya, itu masih asal comot dari mbah google. Hehehe, maklum teman saya belum sempat upload dokumentasi keluyuran itu.. -_-

Lalu, keluyuran episode selanjutnya adalah keluyuran yang saya lakoni bersama Okta, salah satu partner in crime saya yang nggak sengaja saya temui di SMA *hahahaha*.
Ceritanya, dengan modal sok tau kita yang kelewat parah perihal rute dan jalur wisata, kami berdua ngelayap ke pantai Baron, sehari sebelum puasa.
Apakah salah diantara kami ada yang mengetahui dimana letak persisnya pantai Baron itu, dan jalan mana yang harus ditempuh untuk menemukan pantai itu? Tidak samasekali.
Wahahaha. Jadi, hanya berbekal peta jogja (benar-benar hanya peta KOTA JOGJA, bukan peta PROPINSI JOGJA) dan nekat 75%, kami berangkat. Yang kami tahu, pokoknya ya lewat jalan wonosari...
Di perjalanan, kami bareng dengan rombongan anak muda yang bonceng-boncengan naik motor. Firasat kuat saya mengatakan bahwa kami menuju ke tempat yang serupa; tidak selalu sama, tapi pasti serupa: suatu kawasan pantai di wonosari.
Di lampu merah saat kami dan rombongan itu sama-sama berhenti, saya iseng mengamati.

Anak-anak ini.. sepertinya sengaja datang berbondong-bondong ke pantai untuk Padusan...

Nggak sengaja saya menemukan stiker padmanaba di helm salah satu pengendara. Dan.. woa, setelah saya amati denan lebih seksama, muncullah padmanaba-padmanaba yang lain. Baru saya sadar; rombongan yang sedari tadi saya ikuti ternyata rombongan anak-anak padmanaba.

Gokilnya, hari itu saya juga memakai helm warisan jaman SMA yang bertempelan stiker padmanaba.
Lalu seakan-akan saya menjadi bagian dari mereka, padahal tidak. Hahaha. Itu suatu kebetulan yang lucu sekali :D

Dan begitulah, kami sampai di Baron dengan selamat setelah di jalan nggak henti-hentinya memperbincangkan betapa kami nge-fans pada jaket cokelat TNT yang dipakai adik kelas kami.
Ya, jujur, jaket itu terlihat keren sekali. Hahaha. Saya dan Okta bahkan sempat membiarkan otak kriminal kami langsung berputar cepat : merencanakan 'penculikan' sementara jaket itu di parkiran kalau ternyata kami dan rombongan itu menuju tempat yang sama, lalu membuat duplikat jaket itu. Hahaha. Dasar otak rusuh! Tapi untungnya nggak jadi. Kami berdua sama-sama sepakat bahwa sehari sebelum puasa sudah semestinya kami bertobat. :p

Hari-hari setelah hari-hari keluyuran itu, liburan saya praktis garing. Tidak ada sesuatu yang bisa dikerjakan (maksudnya sesuatu yang bisa menghasilkan; tidak mesti uang, tapi sesuatulah..yang kira-kira bisa saya banggakan sebagai hasil mbathang saat liburan suatu hari nanti) dan bahkan, tidak ada orang untuk bisa diajak keluyuran lagi. Teman-teman kuliahan masih enggan balik ke Jogja. Teman-teman SMA.. hm.. siapa sih yang saya punya selain Okta, yang bisa diajak spontan melakukan hal-hal gila? Teman-teman kampung halaman? Saya bahkan nggak mesti bisa bertemu dengan mereka selama satu minggu, meski rumah kami hanya selisih beberapa langkah saja..

Nah. Lalu sekarang saya sibuk mencari makna.
Makna liburan saya selama kurang-lebih 2 bulan terakhir.

Apa yang saya dapat?

Comments

Popular Posts