Sahabat Sunyi
Halo, sahabat.
Terpaksa aku mengganti namamu,
bukan lagi sahabat jauh, melainkan sahabat sunyi.
Karena kamu sekarang terlalu sepi.
Entah tersesat atau pasti, tapi kamu tetap saja bertahan dengan diammu itu.
Aku baru saja pulang dari perjalanan panjang yang tidak kutahu dimana ujungnya: iya, aku baru saja tersesat, tidak tahu arah.
Dan kamu diam saja.
Apakah aku terlalu membesar-besarkan masalah?
Ah, kamu sudah tahu sejak dulu siapa aku, aku sangat sensitif, bukan?
Meski begitu, seharusnya kamu tidak lupa, bahwa 2 sahabat akan selalu menjadi navigasi satu sama lain. Ketika aku hilang arah, kamu harus membimbingku untuk kembali lagi. Begitu juga ketika kamu hilang arah, aku yang punya kewajiban untuk itu.
Tapi kamu terlalu sunyi. Sangat sunyi. Hingga aku sangsi apakah kamu masih di sini.
Ataukah aku sekarang sendiri?
Sahabat sunyi, aku harap kamu cepat kembali.
Terpaksa aku mengganti namamu,
bukan lagi sahabat jauh, melainkan sahabat sunyi.
Karena kamu sekarang terlalu sepi.
Entah tersesat atau pasti, tapi kamu tetap saja bertahan dengan diammu itu.
Aku baru saja pulang dari perjalanan panjang yang tidak kutahu dimana ujungnya: iya, aku baru saja tersesat, tidak tahu arah.
Dan kamu diam saja.
Apakah aku terlalu membesar-besarkan masalah?
Ah, kamu sudah tahu sejak dulu siapa aku, aku sangat sensitif, bukan?
Meski begitu, seharusnya kamu tidak lupa, bahwa 2 sahabat akan selalu menjadi navigasi satu sama lain. Ketika aku hilang arah, kamu harus membimbingku untuk kembali lagi. Begitu juga ketika kamu hilang arah, aku yang punya kewajiban untuk itu.
Tapi kamu terlalu sunyi. Sangat sunyi. Hingga aku sangsi apakah kamu masih di sini.
Ataukah aku sekarang sendiri?
Sahabat sunyi, aku harap kamu cepat kembali.
Comments
Post a Comment